Pulih yang semu

Aku berjalan memutari alun alun yang dingin, dengan memakai cardigan kesayangan ku berjalan menyusuri malam, berharap kalau - kalau di jalan sepi ini aku menemukannya kembali, ia yang selama ini tidak ku cari. 

aku merapatkan cardiganku dengan erat, memeluk tubuhku sendiri dengan topi hitam dan rambut tergerai seperti biasanya, kali ini tidak ada make up tipis hanya muka polos ku. 

terdapat bangku panjang yang menjadi saksi dimana kita memulai segalannya disini, tanpa sadar pipi ku basah oleh air, mataku tidak bisa diajak kerja sama, meluruhkan air yang selama ini aku jaga agar tidak turun, sialnya dengan deras ia keluarkan. Isak akhirnya keluar mengikuti derasnya air genangan dalam mataku.

Sadar ku adalah dia adalah melodi yang sempurna dan harmoni yang mampu memperindah telingaku, dia adalah manusia yang mampu memulihkan dan menariku dalam beberapa waktu kebelakang, tanpa dia aku hanyalah lagu sedih yang tercipta tanpa irama. 

dengannya aku merasa hidup, yang menyadarkan bahwa dunia ini adalah nyata yang harus aku pijaki. dengannya aku mampu membuat diriku bersinar seperti semestinya, dengannya aku mau untuk jatuh lebih dalam lagi meskipun tergores sedikit aku tidak perduli asal aku bersamanya, dia yang mampu membuatku pulih dari badai berkepanjangan. 

tangisku makin kencang, sial! aku hanya merindukannya, merindukannya yang sedang berada jauh dari ekor mataku. aku butuh dia! 

aku terisak kencang, menepuk dadaku dengan kasar 'Sakit sekali tuhan' untungnya malam ini hanya aku sendiri yang berada pada sudut alun alun yang jarang dijamah oleh insan manusia. 

aku butuh udara segar, aku menarik nafasku dengan kasar, sakit sangat sakit karena pulih yang ku rasakan hanyalah semu 

dia datang bagaikan udara segar dikala teriknya matahari, menyejukan. 

tuhan, aku merindukannya. 


Jakarta, 17 April 2024 

a.m

Komentar

Postingan Populer