Ruangan
Aku melangkah kan kaki ku kedalam ruangan asing
Ketika aku mencoba untuk membuka pintu menggunakan tangan mungilku ternyata terbuka dengan mudah, ruangan ini sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya, udara dingin seakan menusuk hingga ke tulang, namun ada beberapa bingkai yang terasa hangat pada masanya, aku berusaha untuk melihatnya dengan senter yang berada ditangan ku.
Aku menelisik setiap sudut, hatiku berdenyut perih.
Jantungku berdegup dengan cepat, tempat ini pernah hangat pada masanya, pernah dirawat hangat oleh pemilik sebelumnya.
Tanpa sadar kakiku menginjak beling dan aku mengalami luka yang sangat dalam, aku mencari saklar lampu berharap bahwa ruangan ini masih memiliki arus listrik didalamnya, namun ternyata arus listrik sudah lama terputus banyak kabel yang sudah putus setelah aku coba periksa lebih teliti.
Dengan darah yang bercucuran di kaki, aku akhirnya menemukan sebuah kain yang sudah usang, kain yang aku coba untuk raih, ternyata adalah kain yang pernah aku temukan pada album fotonya (Re;kekasihku)
Aku balut kakiku dengan perasaan perih dan mengiris.
Disaat bersamaan air mataku terasa mendesak untuk keluar, aku tak kuasa untuk menahannya, air mata itu Lolos dengan mudahnya.
Dengan Isak kecil aku menenangkan diriku, memeluk diriku dengan hangat agar diriku merasa nyaman meskipun aku tau akan sulit.
Hingga tanpa sadar aku menemukan genset, untuk menerangi ruangan itu, karena aku penasaran dengan keadaan sebenarnya dalam ruangan ini.
Aku meraih genset dan berusaha untuk menyalakannya, listrik pun menyala seluruh ruangan berubah menjadi terang
Seketika aku bergidik ngeri, seluruh ruangannya kacau banyak pecahan kaca didalamnya, banyak benda benda pecah didalamnya dan banyak bocor didalamnya, ruangan ini sudah hancur lebur.
Semula hatiku nyeri kini berubah menjadi ngeri, semuanya hancur lebur. Seakan pemilik ruangan ini memang meninggalkan dengan kondisi yang memang sudah rusak parah.
Aku menemukan catatan kecil di sela sela pecahan kaca yang berusaha aku raih
Namun tiba tiba tangan besar meraih pergelangan tanganku, menghalau tangan mungilku untuk meraihnya, sebagai gantinya ia yang mengambilkan secarik kertas dan memberikan padaku.
Ia mengerti bahwa aku tidak bisa apabila diberikan rasa penasaran, dengan raut wajah tanpa ekspresi ia memberikan kertas itu.
'kisah kita sudah usang dan tidak dapat untuk diperbaiki, mari berdiri dan melangkah pada jalan masing masing, mari menciptakan cerita dengan buku dan lembar berbeda dengan tokoh utama yang berbeda pula didalamnya, mari berbahagia dan menciptakan rumah yang nyaman tanpa aku didalamnya'
Aku membaca kertas yang sudah menguning itu yang ternyata adalah tulisan dari kasih ku.
Ia merengkuh tubuhku yang gemetar dan memeriksa lukaku, ia berkata 'mari pulang kerumah kita yang hangat agar aku bersihkan lukamu'
Aku memukul tubuhnya lemah, dan menangis sesenggukan.
Sesak, aku masih belum dapat menerima segala situasi yang aku hadapi kini.
Aku masih menerka apa yang sedang terjadi saat ini
Aku menggeleng lemah untuk menolaknya
Ia mengerti isyaratku, lalu memelukku erat 'luruhkan segala rasa sakitnya, disini, bersamaku, aku tau kamu sedang tidak baik baik saja' seketika senggukan ku berubah menjadi histeris.
Aku nangis sejadi jadinya.
Jakarta, 1 April 2025
A.M
Komentar
Posting Komentar