Terimakasih, Semesta
Gadis itu berdiri didepan pagar rumahku. Seperti biasa ia memberikan senyuman termanisnya. Semakin lama aku semakin terpanah di buatnya. Aku membukakan pagar rumahku untuk ia masuk kedalam rumah. Mana tega diriku membiarkan gadisku berdiri panas panasan di depan rumahku saat matahari sedang terik seperti ini?
Ia langsung memasuki perkarangan rumahku, aku dapat menebaknya bahwa ia akan duduk pada gazebo taman rumahku. Tempat favorite nya selama disini.
"Besok aku ingin pergi ke dufan!" Ucap gadisku memulai topik dengan riang
Aku hanya dapat menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Bukannya aku tidak ingin menemaninya namun aku memiliki banyak pekerjaan yang tak dapat aku tinggal.
Gadisku seakan mengerti arti pergerakan ku. Dengan wajah murung nya ia berkata "kamu tidak bisa menemaniku?" Ia memanyunkan bibirnya.
Aku menghela nafas pelan. "Baiklah aku akan menemanimu, dengan satu syarat" gadisku yang mendengar ultimatum yang aku keluarkan tergirang girang dan langsung berhamburan dalam pelukanku.
Aku tersenyum di buatnya. Begitu mudah merubah moodnya. Gadisku yang ceria. Tak apa aku bergadang malam besok demi menemaninya.
"Hei kamu jangan senang dulu aku mempunyai syarat" aku berkata sambil melerai pelukannya.
Ia menatapku dengan antusias "apaa?? Akan aku lakukan demi besok kamu bisa menemaniku" lagi lagi aku tersenyum di buatnya.
"Jangan marah jika aku mengabaikanmu malam besok, karena aku harus mengerjakan sebagian tugas ku dan menyelesaikannya." Aku menyentil hidungnya.
Ia mengangguk "tak apa yang penting besok aku dapat seharian bersamamu"
Setelah percakapan singkat tersebut kami menghabiskan waktu bersama hingga sore dan ia pamit izin pulang.
Keesokan harinya, aku menjemput dia di rumahnya. Dia sudah rapih dengan stylenya yang khas dan nyentrik aku menyukainnya dengan kuncir kuda tanpa poni favoriteku.
"Sudah siap?" Aku menggodanya
"SIAPP!!" Ucapnya dengan semangat.
Aku suka melihat gadisku semangat seperti ini.
Kami menaiki berbagai macam wahana. Senyum yang terukir dalam bibirnya tak kunjung sirna. Aku membelikannya gulali dan ia menerimanya dengan girang. Aku menunjuk sebuah kursi dan duduk bersamanya disana. Tak lama seorang lelaki turut duduk di sebelahnya aku yang posesiv langsung pindah dan menyuruhnya bergeser hampir ke ujung kursi, aku mengechecknya terlebih dahulu tempat ia duduk apakah ia duduk di ujung kursi atau tidak.
"Kamu mau tau satu hal?" Bisiknya ketelingaku.
Aku hanya mengangguk singkat
"Perilaku kamu memang tak selalu romantis, namun aku selalu terpana dengan caramu memperlakukan diriku" ucapnya pelan.
Pria yang duduk di sebelahku pun pergi dan aku pun menyuruhnya duduk seperti semula.
"Contohnya?" Jawab ku akhirnya.
"Seperti tadi ada pria yang gerak geriknya ingin mendekatiku kamu langsung menjagaku."
Baru ingin aku menjawabnya ia meneruskan perkataannya. "Bahkan aku duduk di ujungpun kamu memperhatikannya, begitu detail perhatian kecil mu terhadapku membuat aku semakin mencintaimu" rona pipi merahku pun muncul
"Ih kamuu tersipu lucu sekaliii" aku hanya tersenyum kaku mendengar ucapannya.
'Semesta terimakasih, terimakasih sudah mengutusnya berada di sampingku, menjagaku, bahkan memperhatikan ku dengan sangat teliti. Tak pernah mengeluh dengan sifatku yang begitu kekanakan.' Aku mendengar gadisku menggumam pelan.
Kuraih tubuhnya dan ku dekap dengan erat.
Semesta aku juga ingin berterimakasih padamu telah mempersatukan kami. Jangan pisahkan kami. Aku begitu menyayanginya.
Jakarta, 14 Juni 2020 -AM-
Komentar
Posting Komentar