[ Pernah ]
Saya pernah merasakan jatuh cinta.
Yang sangat dalam melebihi luasnya samudra.
Saya pernah merasakan bahagia.
Yang teramat sangat, sangat bergelora bagaikan api.
Saya pernah memberikan perduli.
Yang sangat perduli melebihi derasnya ombak di lautan.
Saya pernah memberikan kasih sayang.
Yang sangat tulus, sampai saya tak sanggup membicarakannya.
Saya memperhatikan bagaimana caramu menghampiri saya.
Saya kagum padamu, sangat.
Saya masih terjebak dalam lautan masa lalu.
Saya tak dapat membiarkan mu masuk kedalam relung hati saya.
Bukan, bukan karna saya tak mau.
Namun saya masih tidak dapat menerima kembali kenyataan pahit bahwa suatu hari kita mungkin akan berpisah.
Dan saya terpuruk kembali bersama perasaan saya.
Yang hancur berkeping keping.
Dan bila saat itu tiba kembali, saya tak tau sampai kapan saya akan terjebak pada jurang kepedihan.
Bersama alunan melodi yang seakan menertawa kan saya.
Yang mengerti kepedihan saya malah membuat saya semakin terpuruk dengan lantunan lirik yang terdapat dalam melodi tersebut.
Dengan air mata yang tak ada akhiran tak dapat berhenti.
Pada akhir lantunan kalimat yang saya ciptakan,
Saya hanya ingin memberi tahukan kepada kamu.
Bahwasanya saya tak dapat menerima kamu bukan karna saya tak mau.
Namun saya tak dapat mengubur kenangan yang memilukan.
Bahwa saya terauma, dan saya tidak siap oh bukan bukan tidak siap namun belum siap menerima kenyataan pahit nanti.
Maafkan saya.
Jakarta, 21 januari 2018 2:42 p.m a-m
Yang sangat dalam melebihi luasnya samudra.
Saya pernah merasakan bahagia.
Yang teramat sangat, sangat bergelora bagaikan api.
Saya pernah memberikan perduli.
Yang sangat perduli melebihi derasnya ombak di lautan.
Saya pernah memberikan kasih sayang.
Yang sangat tulus, sampai saya tak sanggup membicarakannya.
Saya memperhatikan bagaimana caramu menghampiri saya.
Saya kagum padamu, sangat.
Saya masih terjebak dalam lautan masa lalu.
Saya tak dapat membiarkan mu masuk kedalam relung hati saya.
Bukan, bukan karna saya tak mau.
Namun saya masih tidak dapat menerima kembali kenyataan pahit bahwa suatu hari kita mungkin akan berpisah.
Dan saya terpuruk kembali bersama perasaan saya.
Yang hancur berkeping keping.
Dan bila saat itu tiba kembali, saya tak tau sampai kapan saya akan terjebak pada jurang kepedihan.
Bersama alunan melodi yang seakan menertawa kan saya.
Yang mengerti kepedihan saya malah membuat saya semakin terpuruk dengan lantunan lirik yang terdapat dalam melodi tersebut.
Dengan air mata yang tak ada akhiran tak dapat berhenti.
Pada akhir lantunan kalimat yang saya ciptakan,
Saya hanya ingin memberi tahukan kepada kamu.
Bahwasanya saya tak dapat menerima kamu bukan karna saya tak mau.
Namun saya tak dapat mengubur kenangan yang memilukan.
Bahwa saya terauma, dan saya tidak siap oh bukan bukan tidak siap namun belum siap menerima kenyataan pahit nanti.
Maafkan saya.
Jakarta, 21 januari 2018 2:42 p.m a-m
Komentar
Posting Komentar