Interaksi
"Halo, gimana harinya? Skala 1 - 10 berapa untuk hari ini?" berikut adalah ucapan pembuka kala memulai pembicaraan dengannya.
ia yang selalu excited dengan hariku yang hampir setiap hari terdapat badai, ia mau untuk menjadi penopang disaat hariku banyak sakitnya, ia mau menjadi pengarah dikala aku tersesat, ia mampu untuk menjadi rumah ternyaman dikala pulangku. namun sadarku ini adalah kebahagiaan semu karna ku belum memilikinya dengan utuh, karna aku tahu aku masih menjadi peneman dikala dirinya sepi.
"aku suka nulis loh" ujarku malam itu dikala video call kesekiannya kita.
dengan raut muka yang penasaran dan senang "oh iya? mau liat dan denger boleh?" ia merespon ku dengan sangat baik.
aku dengan riang mengangguk dengan semangat, tentu boleh, karya yang tidak semuanya aku publish akan aku bacakan untuknya, bahkan tidak semua orang aku berikan akses untuk membaca semua tulisan yang aku ciptakan, karena terlalu banyak untaian kata yang menjadi pemilik dari tokoh tokoh dalam penghuni ceritaku dimasa lalu.
bait demi bait aku bacakan ia mulai terbawa alur yang aku ucapkan, hingga sampai pada judul terakhir yang aku bacakan ialah 'Bahagia' sebuah frasa yang selalu menjadi doa pada setiap hariku, karya yang menjadi reminder pada diriku bahwa aku mampu bertahan hingga kini adalah sebuah upaya terbaik yang selalu aku lakukan.
"karyamu bagus" ucapnya meresponku
aku mengangguk dengan senyum aku menatapnya "tentu, aku membuat segala tulisan dengan hati dan suasana yang berbeda setiap bait dan judulnya" aku menjawab dengan tenang
"tapi kali ini aku tidak mempunyai tokoh utama dalam alur ceritaku" sambungku
dia mengernyitkan dahinya "loh kenapa?" ia bertanya dengan heran
aku menjawab dengan senyum simpul "ya karna tokohnya belum ada?" jawab ku mengantung
"kamu mau ngga jadi tokoh utama dalam setiap hariku?" aku melanjutkan perkataanku sebelumnya
terjadi hening beberapa saat
dengan degup semakin kencang aku menunggu jawabannya, karena ini adalah jawaban yang akan menentukan langkahku selanjutnya apakah ia mampu aku jadikan sandaran atau hanya sebagai teman mengisi waktu sepiku saja.
"ngga perlu dijawab jika memang belum siap" ujarku memecah keheningan
ia mulai menegakan duduknya dan membetulkan posisi handphone agar terfokus pada seluruh wajahnya, aku melihat ekspresinya yang meragu namun ucapan selanjutnya membuatku terkaget
"untuk menjadi tokoh utama dalam cerita kehidupan seseorang itu berat, karena konsekuensinya adalah abadi dalam karyanya apalagi seperti kamu yang selalu menumpahkan segala kesedihan melalui kata" ia menjawab ku dengan tenang
aku menghembuskan nafas dengan perlahan dan menunduk, aku tau kemana arah pembicaraan ini akan berakhir, raut muka kecewa ku terbaca olehnya
"tapi aku mau coba sama kamu, aku mau menjadi tokoh utama dalam cerita kamu, aku mau menjadi telinga dalam setiap cerita harimu, aku mau menjadi orang pertama yang kamu cari, aku mau menjadi tangan yang siap memeluk mu erat dikala harimu tidak baik saja." ucapnya meneruskan perkataannya dengan senyum merekah
aku yang semula menunduk kini memberanikan kembali untuk menatap layar smartphone ku, menatapnya lebih tepatnya. "kamu serius?" hanya kata kata itu yang dapat aku lontarkan
ia mengangguk mantap, kini aku tau kemana arah yang akan aku labuhkan dalam hubungan ini, setidaknya aku tidak ingin sendirian dalam berjuang.
"tapi, sekali kamu menjadi tokoh utama dalam hariku, kamu akan menjadi tokoh dalam setiap ceritaku, seperti apa yang kamu bilang, kamu akan abadi dalam tulisanku" ujarku meyakinkannya kembali
dia mengangguk kembali dengan senyum merespon perkataan ku "tentu saja, dalam setiap cerita tidak akan mungkin mendapatkan alur bahagia selalu pasti akan ada badai dan aku siap menjadi bagian dari itu setiap bab nya meskipun itu tentang rasa sakit"
aku dibuat tak bergeming, aku tak menyangka akan mendapatkan respon seperti ini sebelumnya, karena pada malam malam sebelumnya hanya ada senda gurau diantara kami.
seperti lagu tulus
'Manalah ku tau datang hari ini, hari dimana ku melihat dia, yang tak aku bidik yang tak aku cari,duga benih patah hati lagi'
'si hati rapuh tantang wahana'
tapi aku siap menuai benih jatuh cinta hingga patah hati sekalipun, karena orangnya adalah dia.
Jakarta, 25 Januari 2024
A.M
Komentar
Posting Komentar