[Untuk apa?]
Di kehidupan yang kejam ini aku selalu bertanya pada diri ku
Untuk apa aku di lahir kan?
Untuk apa aku bertahan?
Untuk apa ada aku?
Untuk apa semua terjadi?
Jika kata seandainya bisa terulang
Apakah mungkin seandainya tanpa aku orang - orang akan tersenyum lepas?
Apakah mungkin seandainya jika aku tidak di lahirkan semuanya akan berjalan lebih baik?
Apakah mungkin seandainya jika aku menyerah saat itu akan selesai?
Hei, manusia di ciptakan bukannya bertujuan?
Lalu apakah kalian sudah menemukan tujuan kalian hidup?
Dan untuk ku?
Semua berulang di kepalaku
Seperti kaset usang, namun ketika di berhentikan tidak bisa karena sudah terlalu lama melekat.
Lalu aku bertanya kepada diriku
Untuk apa aku bertahan sejauh ini?
Berusaha meyakinkan bahwa aku layak.
Setidaknya layak untuk dicintai.
Tunggu.
Berhenti.
Jangan.
Aku menatap diriku dalam cermin.
Hei siapa wanita itu? Batin ku
Wanita hebat yang dapat bertahan di tengah terjangan ombak selama 20 tahun.
Sekali lagi pertanyaan untuk apa ya?
Dahulu tanpa ragu mungkin aku menjawab untuk orang - orang di sekitar ku.
Sekarang dengan lantang aku akan menjawab untuk diriku.
Aku sadar aku mungkin belum cukup layak untuk di cintai oleh orang lain.
Tapi dengan angkuh aku menolak cinta dari diri ku sendiri.
Sejauh aku melangkah, ketika semua orang menyakiti ku.
Siapa lagi yang akan menyelamatkan ku selain tuhan dan diri ku sendiri?
Lagi lagi jika ditanya untuk apa?
Untuk diriku.
Usaha untuk mencintai diriku.
Setidaknya perlahan dengan tidak menyakiti diri sendiri lagi.
Hei,
Doakan aku ya?
Rintangan di depan masih panjang.
Banyak tanggung jawab yang harus di pikul.
____________________________________________
Mendekat kepadaku,
Aku akan berusaha mencintai dengan sepenuh hati.
Meski aku sadar perlahan cinta itu akan pudar bersamaan dengan bergantinya orang baru.
Tenang, memori ketika kau menyakitiku akan perlahan juga memudar.
Setiap menit akan ku hiasi hari mu dengan kenangan.
Hingga suatu saat perpisahan menarik paksa diriku untuk menjauh.
Setidaknya bahagia ku adalah saat ini.
Menikmati secangkir teh dengan canda tawa.
Atau mencomot gorengan yang tidak tau dirinya akan di bayar pada akhir bulan.
Atau lagi menikmati senja di atas rooftop?
Meskipun aku akan ketakutan setelahnya karena gelap menyapa.
Aku menikmati itu semua,
Menikmati dan menyukai waktu yang ku habiskan bersama kalian.
Bila sampai waktu ku untuk berpisah dengan kalian.
Sapa lah bahagia didepan sana.
Tak apa sesekali menangis pilu, tapi ingat untuk bangkit ya?
Jakarta, 2 desember 2020 1:20 a.m
A.m
Komentar
Posting Komentar